
Rumah Sakit Panti Rapih
Pembangunan rumah sakit Panti Rapih tidak terlepas dari sejarah perkembangan penyebaran agama Katolik di Yogyakarta pada masa Hindia Belanda....
Cagar Budaya Tidak Bergerak
12 Januari 2021
12 Januari 2021
Bagikan
KETERANGAN |
Candi Kimpulan ditemukan pada 11
Desember 2009 di lokasi pembangunan perpustakaan Universitas Islam Indonesia
(UII), Jalan Kaliurang Km. 14,5, Sleman, Yogyakarta. Lokasi temuan candi secara
administratif terletak di Dusun Kimpulan, Desa Umbulmartani, Kecamatan
Ngemplak, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penemuan tersebut dilaporkan ke
Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, kemudian
ditindaklanjuti dengan survei lapangan dan ekskavasi (penggalian) penyelamatan
yang bertujuan untuk menampakkan kondisi fisik candi. Dari hasil ekskavasi diketahui
bahwa Candi Kimpulan terdiri atas satu buah candi induk berdenah bujur sangkar
berukuran 6 x 6 meter, satu buah candi perwara berdenah persegi panjang
berukuran 4 x 6 meter yang dibatasi dengan batas halaman I di sisi barat dan
selatan berupa susunan batu gundul setebal 1,2 meter yang berjarak 11,2 meter
dari lingga patok pusat. Di dalam candi induk ditemukan arca Ganesa,
lingga, dan yoni, serta wadah gerabah di bawah cerat yoni. Di dalam candi perwara
ditemukan arca Nandi, dua buah lapik padma yang mengapit
arca Nandi, lingga, dan yoni. Candi Kimpulan merupakan
bangunan candi yang terbuka, karena tidak ditemukan dinding dan atap bangunan.
Penutup atap diperkirakan menggunakan bahan yang mudah lapuk (mungkin bambu
atau kayu) dengan tiang kayu di atas umpak. Asumsi ini didasarkan atas adanya
temuan umpak di lantai bangunan induk. Tangga naik ke bilik candi kemungkinan
menggunakan tangga kayu, karena di candi ini tidak ditemukan adanya tangga
naik. Selama proses pengupasan tanah
di candi induk dan candi perwara banyak ditemukan data-data arkeologis yang
berupa peripih, mangkuk perunggu, benda-benda logam seperti fragmen besi,
lempengan emas dan perak, manik-manik, fragmen gerabah, mata uang emas,
perak, dan lain se-bagainya. Lempengan emas dan perak bertulis, pernah dibaca
oleh Epigraf dari Universitas Gadjah Mada, Tjahjono Prasodjo. Menurutnya,
tulisan kemungkinan merupakan mantra, tetapi sampai sekarang belum terbaca
dengan jelas, karena guratan tulisannya sangat tipis dan lempengan mudah
rapuh. Hipotesis dari Tim Geologi
Universitas Gadjah Mada menyatakan bahwa Candi Kimpulan terkubur oleh
material-material dari endapan Merapi yang terbawa arus sungai-sungai yang
berada di sekitar candi. Kondisi bangunan yang ditemukan
masih utuh, menurut Tim geologi disebabkan oleh dua hal yaitu: 1.
Arus
yang membawa bahan sedimen tidak terlalu deras, sehingga boulder yang
terbawa tidak menghantam bangunan dengan keras. Indikasi arus ini terlihat dari
layer lapisan tanah (stratigrafi) yang relatif datar. 2.
Arus
yang membawa bahan sedimen tidak menghantam tegak lurus dengan dinding
bangunan, tetapi menghantam bagian sudut bangunan sehingga arus dapat terbelah
ke kanan dan kiri dinding bangunan. Fungsi bangunan candi ini belum
diketahui, namun latar belakang keagamaannya adalah agama Hindu dengan
unsur-unsur aspek simbol dewa yang disederhanakan dalam satu ruang.
Temuan lingga-yoni, arca Ganesa, dan arca Nandi membuktikan hal
ini. Penyebutan situs dengan
nama Candi Kimpulan disesuaikan dengan letak administratif situs yang berada di
Dusun Kimpulan. Penyebutan berdasarkan keletakan administratif situs sudah
lazim dalam disiplin arkeologi, sebab ada tiga cara penamaan situs atau
bangunan cagar budaya. Pertama karena memang sudah disebut dalam prasasti
(Contoh kasus ini adalah penyebutan Candi Kalasan). Kedua karena penyebutan
oleh masyarakat (Contoh kasus ini adalah penyebutan Candi Barong). Ketiga
berdasar letak administrasi wilayahnya (Contoh kasus ini adalah penyebutan
Candi Sambisari, Candi Kedulan, dan Candi Gebang). Pada 2010, Balai Pelestarian
Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta telah melaksanakan kegiatan studi
teknis dan pemugaran di Candi Kimpulan.
|
Pembangunan rumah sakit Panti Rapih tidak terlepas dari sejarah perkembangan penyebaran agama Katolik di Yogyakarta pada masa Hindia Belanda....
Dalem Puspadiningratan dibangun pada 1917, saat masa pemerintahan Sri...
Kantor Bank Indonesia Yogyakarta dibuka pada tanggal 1 April 1879, sebagai kantor cabang De Javasche Bank ke-8 di atas tanah hak milik sendiri...
Rumah ini terletak di Paliyan Tengah, Karangduwet, Paliyan, Gunungkidul. Rumah Merto Prawiro atau sering juga disebut Merto Sayok adalah sebuah...
Stasiun Lempuyangan merupakan stasiun kereta api pertama di Yogyakarta yang digunakan untuk melayani transportasi penumpang dan barang. Bangunan...
Gedung Budi Utomo dahulu merupakan bangunan yang didirikan Belanda sebagai Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzen Djokjakarta (Sekolah Guru zaman...