
Candi Miri
Candi Miri terletak di Dusun Nguwot, Desa Sambirejo, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi candi ini berada di...
Cagar Budaya Tidak Bergerak
27 Desember 2020
27 Desember 2020
Bagikan
KETERANGAN |
Kompleks Candi Prambanan
terletak di Dusun Karangasem, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Prambanan merupakan bagian dari gugusan
percandian yang mendapat predikat sebagai Warisan Budaya Dunia (World
Heritage) dengan nama Prambanan Temple Compounds (Candi
Prambanan, Candi Sewu, Candi Lumbung, Candi Bubrah, dan Candi
Asu) dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural
Organization (UNESCO) World Heritage Commiittee pada 13
Desember 1991 dengan Nomor C. 642. Candi Prambanan memiliki 3
halaman yang ditata memusat (pola konsentris). Setiap halaman dibatasi pagar
keliling. Pada halaman I (pusat) terdapat 16 candi antara lain: 3 candi utama
(CandiBrahma, Candi Siwa,
Candi Wisnu); 3 candi wahana (Candi Garuda, Candi Nandi, Candi Angsa); 2Candi Apit (Apit Utara dan Apit Selatan); 4 Candi Kelir; dan 4 Candi Patok. Adapun rincian candi-candi tersebut
adalah sebagai berikut. 1. Candi Siwa sebagai Candi Induk Pada bagian
tubuh Candi Siwa terdapat empat bilik. Masing-masing bilik berisi arca. Arca
Siwa Mahadewa sebagai arca utama berada di bilik sisi timur. Arca Agastya
sebagai Siwa Mahaguru berada di bilik sisi selatan. Arca Ganeça sebagai anak
Dewa Siwa berada di bilik sisi barat. Arca Durga Mahisasuramardini sebagai
çakti Siwa terdapat pada bilik sisi utara. Atap candi bertingkat-tingkat,
masing-masing dihiasi dengan beberapa hiasan ratna. 2. Candi Brahma Bentuk Candi
Brahma mirip dengan Candi Siwa, namun ukurannya lebih kecil. Candi Brahma hanya
memiliki satu tangga masuk di sisi timur dan satu bilik yang di dalamnya
terdapat arca Brahma. 3. Candi Wisnu Bentuk Candi
Wisnu mirip dengan Candi Brahma. Candi Wisnu juga memiliki satu tangga masuk di
sebelah timur dan satu bilik yang di dalamnya terdapat arca Wisnu. 4. Candi Nandi Candi Nandi
berada di depan Candi Siwa. Candi Nandi menghadap ke barat. Memiliki satu bilik
yang di dalamnya ada arca Nandi. Selain itu, juga terdapat relief mengenai Dewa
Surya dan Candra. Dewa Surya digambarkan mengendarai kereta yang dihela 7 ekor
kuda, sedangkan Dewa Surya digambarkan mengendarai kereta yang dihela 10 ekor
kuda. 5. Candi Garuda Candi Garuda
berada di depan Candi Wisnu. Candi Garuda memiliki satu bilik, namun di
dalamnya kosong. 6. Candi Angsa Candi Angsa
berada di depan Candi Brahma. Candi Angsa memiliki satu bilik, namun di
dalamnya kosong. 7. Candi Apit Candi Apit
berjumlah dua buah. Satu berada di dekat pintu masuk sisi utara, dan satunya
lagi berada di dekat pintu masuk sisi selatan. Disebut Candi Apit
karena berfungsi sebagai pengapit dua deretan candi yang terletak di sebelah
timur dan barat. 8. Candi Kelir Jumlah candi
kelir ada empat buah. Letaknya di depan pintu masuk di empat sisi, yaitu
sebelah utara, selatan, timur dan barat. Secara simbolis berfungsi sebagai
penolak bala. 9. Candi Sudut Candi sudut
berjumlah empat buah, terletak di setiap sudut halaman utama. Seperti halnya
candi kelir, candi sudut berukuran kecil dan tidak memiliki tangga masuk. Pada halaman II terdapat Candi
Perwara berjumlah 224 dengan rincian: deret pertama 68, deret kedua 60, deret
ketiga 52 dan deret keempat 44). Candi-candi tersebut tidak semuanya dalam
kondisi utuh. Sebagian besar telah runtuh. Pada halaman III tidak ditemukan
candi, hanya terdapat sebagian struktur gapura dan pagar. Sejarah Pendirian Candi Prambanan Ditinjau dari arca-arca dewa
yang ada di Kompleks Candi Prambanan, dapat disimpulkan bahwa candi ini pada
zaman dahulu didirikan bagi umat beragama Hindu. Sebagai bangunan yang bersifat
monumental, Kompleks Candi Prambanan menjadi salah satu simbol kejayaan
Kerajaan Mataram Kuno. Berkaitan dengan sejarah Kompleks Candi Prambanan,
selama ini kita hanya mengetahui informasi “peresmian” candinya saja, tetapi
kapan candi tersebut mulai dibangun dan oleh siapa belum diketahui secara
pasti. Informasi yang ada hanya sebatas perkiraan dan interpretasi para ahli
berdasarkan dari prasasti yang ditemukan. Berkenaan dengan pembangunan Kompleks
Candi Prambanan, para ahli arkeologi sering mengkaitkan dengan prasasti Siwagrha yang
berangka tahun 778 Çaka atau 856 Masehi. Berdasarkan interpretasi J.G de
Casparis ada tiga hal penting yang disebutkan dalam prasasti tersebut, yaitu
Prasasti Siwagrha merupakan prasasti yang menggunakan bahasa
Jawa Kuno, berisi tentang peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi pada abad IX
Masehi, serta menyebutkan rincian gugusan candi. Informasi penting bagi sejarah
yang diketahui dari prasasti Siwagrha tersebut, yaitu
peresmian sebuah bangunan suci untuk Dewa Siwa yang disebut Siwagrha atau Siwalaya,
yang berarti “Rumah Siwa” atau “Kuil Siwa” yang dikaitkan dengan Candi
Prambanan. Selain itu disebutkan adanya
seorang tokoh bernama Jatiningrat (diidentifikasi sebagai Rakai Pikatan Dyah
Saladu) yang harus berperang. Setelah mengalami kemenangan RajaJatiningrat
menyerahkan tahtanya (uparata) kepada Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala yang
memerintah pada tahun 855-885 M, kemenangan Rakai Pikatan diperingati dengan
membangun candi besar (Casparis, 1956:288). Berbeda dengan pendapat Boechari,
dimana kata ”uparata” diartikan sebagai kata mangkat atau wafat, hal ini
sesuai dengan isi dari prasasti Wanua Tengah III, yang menyatakan bahwa Rakai
Kayuwangi Dyah Lokapala naik tahta pada tanggal 27 Mei 855 M (Kusen, 1994:
83,87). Apabila pendapat Boechari dapat diterima, maka pembangunan candi besar
dimaksudkan sebagai dharma bagi ayah Dyah Lokapala, yakni, Dyah Saladu,
sehingga peresmian Siwagrha dilakukan oleh Rakai Kayuwangi
Dyah Lokapala.Hal ini diperkuat dengan temuan Prasasti Wanua Tengah III (Kusen,
1994: 83-89). Uraian pembangunan candi dalam
prasasti Siwagrha tidak begitu jelas, sehingga Casparis
mencoba membagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berkaitan dengan
didirikannya bangunan-bangunan candi (bait 11-23) dan bagian kedua berkaitan
dengan peresmian beserta penetapan tanah perdikannya (bait 24-29). Pada bait
11, setelah keadaan damai sang raja menyuruh membangun sebuah dharmma. Menurut
Casparis, dharmma tersebut mungkin berarti gugusan candi
seluruhnya. Bagian kedua berkaitan dengan
pembangunan candi yang selesai pada hari Kamis Wage tanggal 11 bulan Margasirsa tahun
778 Çaka (dengan sengkalan: Wwalung Gunung Sang Wiku) dan
diresmikannya arca dewa (pada akhir bait 24 adalah: “…yatekana tewek bhatara
ginawai sinangskaraweh”). Setelah kuil Siwa (Siwalaya) selesai dibangun,
dilakukan pengalihan aliran sungai, sehingga aliran sungai menelusuri sisi-sisi
halaman candi,disebutkan juga bahwa telah diresmikan tanah yang menjadi
batas-batas percandian dan penetapan sawah-sawah menjadi swah
darmma bagi rumah Siwa (Siwagrha) (Casparis,1956: 323). Gambaran yang disebutkan dalam
Prasasti Siwagrha oleh beberapa ahli diidentifikasikan sebagai
Kompleks Candi Prambanan. Gugusan candi hindu yang bangunan pusatnya dipagari
dengan tembok keliling dan dikelilingi deretan candi-candi perwara yang disusun
bersap hanya terdapat di Kompleks Candi Prambanan. Keterangan gugusan candi
yang terletak di dekat sungai mengingatkan pada Kompleks Candi Prambanan dengan
Sungai Opak di sebelah baratnya. Riwayat Penemuan dan Pemugaran Candi Prambanan Kompleks Candi Prambanan
ditemukan dalam kondisi runtuh oleh pegawai kongsi dagang Vereenigde
Oostindische Compagnie (VOC) berkebangsaan Belanda bernama C.A. Lons
pada 1733. Sejak ditemukan sampai dengan 1864, Candi Prambanan belum mendapat
perhatian dari pemerintah Hindia-Belanda. Baru pada 1885, J.W. Ijzerman yang
telah mendirikan “Archaelogische Vereeniging Van Jogja”, mulai melakukan
pembersihan terhadap Kompleks Candi Prambanan. Pemugaran Kompleks Candi
Prambanan dimulai pada 1918 dengan memugar Candi Siwa oleh Oudheidkundige
Dienst (Dinas Purbakala Hindia-Belanda) atas prakarsa F.D.K. Bosch. Ia
menugaskan P.J. Perquin untuk menyusun kembali Candi Siwa. Pemugaran Candi Siwa
diteruskan oleh Van Romondt pada 1935. Selama tiga tahun masa
pendudukan Jepang, pemugaran Candi Siwa dilakukan oleh Samingun dan Suwarno.
Pemugaran Candi Siwa sempat terhenti selama masa revolusi fisik
(1946-1950). Dalam kurun waktu tersebut situasi tidak kondusif.
Rakyat Indonesia menentang pendudukan kembali oleh Belanda, akibatnya meletus
perlawanan fisik di berbagai wilayah di Indonesia. Setelah Belanda mengakui
kedaulatan Indonesia pada 19 Desember 1948, kondisi bangsa kembali tenang.
Pemugaran Candi Siwa dilanjutkan lagi. Pemugaran Candi Siwa selesai pada 1953,
diresmikan oleh Presiden Sukarno. Candi-candi lainnya yang berada
di halaman I juga dipugar antara lain: Candi Brahma (1977-1987), Candi Wisnu
(1982-1991), ketiga Candi Wahana yaitu Candi Garuda, Candi Nandi, dan Candi
Angsa (1991-1993). Dari 224 buah Candi Perwara yang ada di halaman II, yang sudah dipugar ada lima candi. Dua buah candi dipugar pada tahun 1937, yaitu Candi Perwara Sudut Deret I No. 39 timur laut dan Candi Perwara Deret II No 1 sisi Timur. Tiga buah buah candi lainnya yaitu Candi Perwara Deret I No. 43 sisi timur dipugar pada 2015, Candi Perwara Deret II No. 35 dipugar pada 2017, dan Candi Perwara Deret II No. 14 dipugar pada 2019. |
Candi Miri terletak di Dusun Nguwot, Desa Sambirejo, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi candi ini berada di...
Situs Payak terletak di Dusun Bintaran Wetan, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berada pada...
Candi Banyunibo secara administratif terletak di Dusun Cepit, Desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Banyunibo...
Bangunan utama Gedung Agung merupakan bangunan yang pertama kali didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda sekitar tahun 1824. Pembangunan...
Rumah ini terletak di Ngawis Karangmojo, Gunungkidul. Dibangun pada tahun 1890-an oleh R.Mangunkartiko (lurah Ngawis sekitar tahun 1890-an)...
Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) Margamulya dibangun berdasarkan desain gambar rancangan dan rencana anggaran yang dibuat oleh Ir....