
SD Tumbuh
Pada awal pendiriannya, bangunan SD Tumbuh dan bangunan SMA 11 Yogyakarta merupakan bangunan satu kesatuan yang didirikan pada tahun 1894 oleh...
Cagar Budaya Tidak Bergerak
11 Maret 2022
11 Maret 2022
Bagikan
KETERANGAN |
Kompleks
Makam Imogiri terletak di Dusun
Pajimatan, Girirejo, Kapanewon Imogiri, Bantul, sekitar 12 km di selatan Kota
Yogyakarta. Kompleks Makam Imogiri adalah kompleks permakaman
raja-raja Mataram Islam yang dibangun oleh Sultan Agung pada tahun 1632.
Lokasinya berada di bukit Merak yang dinamai Pajimatan Imagiri. Di bawah gunung tersebut terdapat Dusun Pajimatan yaitu permukiman
para abdi dalem yang bertanggung jawab atas pemeliharaan Kompleks Makam Imogiri
beserta upacara-upacara yang diadakan di makam tersebut. Beberapa sumber tertulis seperti Babad Momana dan Babad ing Sangkala, menyebutkan bahwa Sultan Agung memerintahkan pembuatan
permakaman kerajaan di Bukit Merak pada dekade ketiga-keempat abad XVII. Dalam
Babad Momana disebutkan, “… awit babad maleh ing redi
Merak badhe antakapura … “, (“… awal mulai pembuatan
makam lagi di Gunung Merak…”). Pembangunan kompleks permakaman dimulai pada
tahun 1554 Saka atau 1632 Masehi. Nama Pajimatan Imagiri berasal
dari gabungan dua suku kata yaitu jimat yang
mendapat awalan pa- dan akhiran –an, untuk menunjukkan tempat, sehingga bermakna
sebagai “tempat untuk jimat atau
tempat pusaka”. Sedangkan Imagiri berasal
dari kata ima atau hima (berawan atau awan yang meliputi gunung)
dan giri (gunung), sehingga berarti “gunung berawan atau gunung yang tinggi”
(PJ. Zoetmulder, 1995). Dengan demikian Pajimatan Imagiri artinya
gunung berawan atau gunung tinggi yang merupakan tempat bersemayamnya jimat atau pusaka bagi kerajaan Mataram
Islam. Sebenarnya Sultan Agung telah
memerintahkan untuk membangun permakaman keluarga kerajaan di Bukit Girilaya.
Namun, karena Panembahan Juminah yang mengawasi pembangunannya permakaman meninggal
dan dimakamkan di Girilaya, maka Sultan Agung memerintahkan untuk membuat
permakaman baru. Melalui pemilihan lokasi yang tidak sederhana, akhirnya Sultan
Agung memilih Bukit Merak sebagai lokasi pembangunan permakaman. Pemilihan
lokasi makam di tempat yang tinggi, mengingatkan pada kepercayaan prasejarah
bahwa arwah nenek moyang bersemayam di tempat yang tinggi. Sultan Agung adalah raja pertama yang
dimakamkan di Kompleks Permakaman Imogiri. Dalam konteks ini Sultan Agung yang
dimakamkan (sumare) pertama di tempat tersebut merupakan leluhur
dan pusaka bagi dinasti Kerajaan Mataram Islam. Oleh karena itu, setelah Sultan
Agung wafat dan dimakamkan di Pajimatan Imagiri pada
tahun 1646 , kemudian para pangeran, bangsawan, dan keturunannya sampai
generasi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta juga dimakamkan di
permakaman tersebut. Sebagai makam tempat leluhur atau
pusaka Mataram Islam, maka
konsekuensi logisnya pada saat Kerajaan Mataram Islam dibagi menjadi dua
kerajaan, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta, tetap menjadi
“harta suci” dua kerajaan tersebut. Artinya, bahwa Kasunanan Surakarta dan Kasultanan
Yogyakarta mempunyai hak dan kewajiban merawat makam tersebut. Kemegahan permakaman Imogiri sudah tampak dari kaki Bukit Merak, karena untuk mencapai situs permakaman di puncak Bukit Merak yang tingginya sekitar 100 mdpl (di atas permukaan laut), harus menapaki sekitar 410 anak tangga. Kompleks Makam Pajimatan
Imagiri dibagi menjadi
delapan kelompok makam di area puncak bukit yang masing-masing disebut kedaton.
Berikut ini nama kedelapan kedaton beserta raja-raja yang dimakamkan di masing-masing
kedaton tersebut. 1.
Kedaton
Sultan Agungan : Sultan Agung, Sunan Amangkurat II, Sunan Amangkurat III. 2.
Kedaton
Pakubuwanan : Sunan Paku Buwana I, Sunan Amangkurat IV, Sunan Paku Buwana II. 3.
Kedaton
Bagusan/Kasuwargan : Sunan Paku Buwana III-V 4.
Kedaton
Astana Luhur : Sunan Paku Buwana VI-IX 5.
Kedaton
Girimulyo : Sunan Paku Buwana X-XI 6.
Kedaton
Kasuwargan Yogyakarta : Sultan Hamengku Buwana I dan III 7.
Kedaton
Besiyaran: Sultan Hamengku Buwana IV-VI 8.
Kedaton
Saptarengga : Sultan Hamengku Buwana VII-IX Makam-makam tersebut ada di dalam
cungkup-cungkup, masing-masing dengan gaya arsitektur yang bervariasi. Namun, yang
menarik perhatian justru cungkup makam Sultan Agung begitu sederhana, tidak
mempunyai hiasan apa pun. Demikian jirat dan nisannya yang terbuat dari sela cendani. Hal ini berbeda dengan
makam keturunan-keturunannya. Sebagian di antaranya diberi ornamen, bahkan ada
yang nisannya dihiasi perada. Perlu
dicatat bahwa ada dua raja yang tidak dimakamkan di Kompleks Makam Imogiri,
karena kondisi yang tidak memungkinkan. Pertama adalah Sunan Amangkurat I yang
dimakamkan di Tegalarum, dekat Tegal karena wafat di Wanayasa (suatu tempat di
Banyumas Utara). Sultan tersebut meninggal dunia dalam perjalanannya mencari
bantuan ke Batavia. Kedua adalah Sultan Hamengku Buwana II yang dimakamkan di Pasareyan Hastana Kitha Ageng, karena wafat
pada saat Perang Diponegoro sedang berkecamuk. Permakaman
Imogiri dilengkapi dengan masjid yang berada di kaki bukit. Masjid ini biasa
disebut Masjid Pajimatan. Unsur-unsur kekunoan masjid ini tampak jelas antara
lain dari keberadaan parit di depan masjid. Di depan Masjid Pajimatan ini
berpangkal tangga untuk naik ke permakaman yang berada di puncak Bukit Merak. Di
ujung tangga naik yang jumlahnya ratusan, terdapat sepasang kolam dan gapura berbentuk
candi bentar yang disebut Gapura Supit Urang. Gapura tersebut dilengkapi kelir
di belakangnya. Gapura Supit Urang secara simbolis merupakan gapura pertama
untuk masuk ke semua permakaman di Imogiri ini, karena gapura lain berbentuk
paduraksa yang biasanya digunakan untuk masuk ke halaman-halaman yang lebih
dalam. Di halaman Gapura Supit Urang terdapat empat tempayan besar berisi air yang
diambil dari mata air Bengkung. Air di keempat tempayan itu dipercaya
berkhasiat, sehingga pada upacara nguras
enceh yang diadakan setiap Bulan Sura banyak orang yang meminta airnya.
(fry) |
Pada awal pendiriannya, bangunan SD Tumbuh dan bangunan SMA 11 Yogyakarta merupakan bangunan satu kesatuan yang didirikan pada tahun 1894 oleh...
Candi Morangan berada di Dusun Morangan, Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Morangan...
Hotel Grand Inna Malioboro berada di Jalan Malioboro No.60, Yogyakarta. Hotel ini dahulu bernama Grand Hotel de Djokja . Dalam majalah De Indische...
Candi Kalasan berada di Dusun Kalibening, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Keberadaan Candi...
Candi Klodangan terletak di Dusun Klodangan, Desa Sendangtirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Klodangan...
Rumah ini terletak di Ngawis Karangmojo, Gunungkidul. Dibangun pada tahun 1890-an oleh R.Mangunkartiko (lurah Ngawis sekitar tahun 1890-an)...