
Candi Kadisoka
Candi Kadisoka berada di Dusun Kadisoka, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi...
Cagar Budaya Tidak Bergerak
09 Februari 2022
09 Februari 2022
Bagikan
KETERANGAN |
Rumah
Sakit Petronella (Zendingziekenhuis Petronella) dibangun di daerah
Gondokusman oleh seorang dokter bernama dr. Jan Gerrit Scheuer dengan bantuan
lahan dari Sultan Hamengkubowono VII. Nama Petronella sendiri diambil dari nama
istri seorang pensiunan pendeta bernama Coeverden Andriani yang memberikan
bantuan uang untuk membangun rumah sakit tersebut. Pada
1897 dr. Scheuer dikirim oleh lembaga zending bernama Hollandsch
Gereformerde Zendingvereeniging untuk membuka rumah sakit. Dalam catatan
pada Repertorium van Nederlandse zendings-en missie-archieven 1800-1960,
diterangkan bahwa rumah sakit yang dibangun di Yogyakarta itu merupakan sebuah
rumah sakit yang memberikan layanan kesehatan guna mengembangkan misi gereja. Pada
awalnya Scheuer menjalankan praktik dengan membuka klinik sederhana di
Bintaran. Pada tahun 1901 ia kemudian pindah ke Gondokusuman karena klinik di
Bintaran dirasa kurang memadai. Hal ini disebabkan pertambahan jumlah pasien
yang semakin banyak. Pada 1900, Sultan Hamengkubuwono VII kemudian menyediakan
sebidang tanah di Gondokusuman, Yogyakarta untuk dibangun kompleks rumah sakit.
Rumah sakit tersebut berdaya tampung 150 pasien dan diberi nama Petronella
Hospitaal. Menurut
dr. I. Groneman dalam Reisgids Jogjakarta en Omstreken, bangunan rumah
sakit ini memiliki 5 ruang rawat inap, 3 untuk pria dan 2 untuk wanita, ruang
operasi, apotek, kamar mandi, gudang, dan dapur. Selain itu, juga terdapat
kediaman dua kepala perawat yang datang dari Belanda, satu rumah untuk dokter
pertama dan keluarganya, dan rumah untuk dokter kedua. Bangunan rumah sakit
juga dilengkapi dengan gereja kecil dan pastoran. Rumah Sakit ini juga dikenal
dengan Rumah Sakit Tulung atau Pitulungan karena semua pasien di rumah sakit Petronella
ini dirawat secara gratis. Terdapat 90 sampai 100 orang yang datang ke rumah
sakit ini setiap hari dan mereka tidak hanya berasal dari dua wilayah Vorstenlanden
saja tetapi juga dari daerah lainnya. Dr.
Scheurer kemudian kembali ke Belanda pada tahun 1906 dan digantikan oleh H.S.
Pruys. Manajemen rumah sakit pun semakin berkembang dengan direkrutnya lebih
banyak perawat pribumi. dr. Pruys sendiri merupakan orang pertama yang
memperkenalkan sistem rujukan. Ia membangun rumah sakit pembantu di desa-desa
dan menjadikan Rumah Sakit Petronella sebagai pusatnya. Pasien yang berpenyakit
ringan diberikan perawatan jalan di rumah sakit cabang. Sementara pasien yang
membutuhkan penanganan serius dirujuk ke rumah sakit Petronella. Jaringan
telepon pun digunakan untuk mempermudah komunikasi antara rumah sakit cabang
dan pusat. Pada
tahun 1924-1925 pada masa kepemimpinan dr. J. Offringa, rumah sakit Petronella
pun diperbesar. Selain itu juga ditambahkan beberapa peralatan medis modern dan
ahli medis. Kapasitas rawat inap rumah sakit juga ditingkatkan menjadi 475
tempat tidur. Ia juga menambahkan fasilitas 4 buah mobil keliling yang
digunakan untuk membantu proses rawat jalan. Mobil tersebut membawa 2 sampai 3
orang perawat juga obat-obatan. Kemerosotan
ekonomi yang terjadi pada sekitar tahun 1930 akibat perang dunia juga berdampak
pada keberlangsungan rumah sakit ini. Bantuan-bantuan dari pemerintah dan juga
perusahaan-perusahaan mulai dikurangi. Pada tahun 1932 operasional mobil rawat
jalan juga dihentikan dan rumah sakit pembantu juga ditutup. Sebagai pengganti
mobil rawat jalan, didirikanlah poliklinik rawat jalan di Temon, Butuh, dan
Sentolo pada Februari 1934. Pada 1936 rumah sakit ini juga membangun sanatorium
untuk pasien tuberkulosis yang kasusnya banyak terjadi di Yogyakarta. Pada 1937
juga dibangun bangsal bersalin baru guna memenuhi kebutuhan akan persalinan yang
semakin meningkat. Pada kurun waktu 1930-1936 Rumah
Sakit ini memiliki 7 ruangan untuk rawat inap pria, 3 ruangan untuk rawat inap
wanita, 1 kamar anak, ruang bersalin, dan ruang isolasi untuk pasien serius.
Selain itu, terdapat juga Gedung operasi, Departemen Sinar-x atau rontgen,
Laboratorium, Departemen rumah tangga dan teknis, serta asrama. Pada
masa pendudukan Jepang kawasan Kotabaru pun diambil alih oleh Jepang, termasuk
juga rumah sakit ini namanya kemudian diubah menjadi Jogjakarta Tjuo Bjoin.
Setelah berakhirnya pendudukan Jepang, rumah sakit ini dikembalikan ke asas
semula sebagai Rumah Sakit Kristen dan berganti nama menjadi Roemah Sakit
Poesat. Pada tanggal 28 Juni 1950 rumah sakit ini kemudian berganti nama lagi
menjadi Rumah Sakit Bethesda. Bangunan
berbentuk limasan. Menghadap ke arah utara. Bangunan memanjang ke arah timur
dengan kanopi hiasan di depan. Terdapat overslack di antara jendela dan boven
di atasnya untuk menahan panas. Pada atap terdapat hiasan rumah-rumahan kecil
yang berfungsi sebagai penyejuk udara (uilenzolder). Bangunan
rumah sakit saat ini terletak di Jalan Jenderal Sudirman No. 70, Kelurahan
Kotabaru, Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta. Rumah Sakit Bethesda ini
ditetapkan sebagai cagar budaya dengan Per.Men Budpar RI No.
PM.89/PW.007/MKP/2011. (snta) |
Candi Kadisoka berada di Dusun Kadisoka, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi...
Candi Kalasan berada di Dusun Kalibening, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Keberadaan Candi...
Kantor Bank Indonesia Yogyakarta dibuka pada tanggal 1 April 1879, sebagai kantor cabang De Javasche Bank ke-8 di atas tanah hak milik sendiri...
Sejarah Kepenjaraan di Indonesia Sejarah kepenjaraan di Hindia Belanda sudah dimulai sejak 1872. Hal ini ditandai dengan...
Kompleks Candi Prambanan terletak di Dusun Karangasem, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Prambanan...
Bangunan utama Gedung Agung merupakan bangunan yang pertama kali didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda sekitar tahun 1824. Pembangunan...